Friday, September 11, 2009

Moonlight Waltz

Genre: Romance, Musical, Teenlit.
Author: Fenny Wong.
Rate: ***

"Melupakan orang yang dicintai sama sulitnya dengan mengingat seseorang yang tidak pernah dilihat."

Yah, satu lagi buku dari dunia perteenlitan Indonesia. Satu alasan yang membuat saya tertarik membeli buku ini: saya suka musik klasik.
Ceritanya sih, romance. Tentang seorang murid SMA bernama Arlin. Suatu hari, dia datang ke konser salah seorang pianis ternama yang berasal dari Jerman. Alih-alih ia jadi menyukai pianis tersebut, ia malah jadi kepincut dengan guest pianistnya: Aldo, yang kebetulan sesekolah dengannya. Ia lalu bersahabat dengan Aldo, sambil berharap mereka terus lebih dekat. Tapi, kedekatan mereka terusik dengan seseorang bernama Liora, yang ternyata merupakan kenalan lama Aldo.

Cerita terus bergulir. Mulai dari Aldo yang dilarang bermain piano oleh ibunya, Aldo yang sangat susah ditebak oleh Arlin, dan masih banyak lagi. Cerita ini bergulir dengan lambat, dengan setting musik klasik yang tergolong cukup kental.

Nilai plus dari cerita ini, harus Ru akui, adalah setting musik klasiknya yang kental. Dan juga jalan cerita yang cukup ringan dan simpel, meski berakhir dengan cukup menyedihkan (dan saya suka angsty! Hehehe)

Sayangnya, masih ada beberapa kekurangan dalam buku ini. Yah, yang pertama, ceritanya terlalu melankolis. Normal sih, kalau mengingat settingnya yang musik klasik, tapi saya rasa ceritanya bisa dibuat fluffy kok, seperti anime favorit saya, Nodame Cantabile! *nyoo~! Maaf numpang promosi!*

Nah, yang kedua, ada beberapa bagian yang membuat saya bingung. Seperti terjadi ketimpangan pada karakterisasinya. Misalnya Arlin yang awalnya sangat benci piano tiba-tiba malah mengambil jurusan musik. Buat saya, itu agak aneh. Mungkin saja sih, kalau dia jadi suka piano dan lebih mendalami, tapi kalau sampai mau ngambil jurusan musik… something wrong with her? Saya aja udah belajar piano 6 tahun juga belum tentu bisa dapet jurusan musik.

Yang ketiga, rasanya chemistry baik Aldo-Liora maupun Aldo-Arlinnya kurang. Entah karena apa (atau jangan-jangan ini cuma perasaan saya, ya?).

Yang keempat, somehow saya merasa agak janggal pas bab satunya langsung diskip satu tahun setelah prolog. Mungkin karena pada satu tahun itu nggak ada kejadian yang penting, kali ya.. (dan juga mungkin karena ini jugalah chemistry Aldo-Arlinnya kurang). Tapi walaupun memang nggak ada kejadian yang terlalu penting untuk diceritakan, alangkah baiknya kalau dikasih flashback. Kan pasti ada cerita menarik tuh, pas pertama kali Arlin bersahabat dengan Aldo, dan lain-lain.

Sekian dari saya. Saya yakin, dengan dasar yang dimiliki oleh Fenny Wong, ia bisa membuat cerita yang lebih bagus lagi.

Merci Beaucoup!
~Irish Ways!